Zikir Kebangsaan
Zikir Kebangsaan : Menag Ajak Masyarakat Perkuat Bela Negara

Zikir Kebangsaan : Menag Ajak Masyarakat Perkuat Bela Negara

Zikir Kebangsaan : Menag Ajak Masyarakat Perkuat Bela Negara

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Zikir Kebangsaan : Menag Ajak Masyarakat Perkuat Bela Negara

Zikir Kebangsaan Dan Ikrar Bela Negara Pada Minggu Malam (10/8/2025) Dipenuhi Ribuan Jamaah Acara Ini Menjadi Salah Satu Rangkaian HUT Ke-80 RI. Hadir dalam acara tersebut Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, ulama kharismatik Habib Luthfi bin Yahya, para tokoh lintas agama, perwakilan ormas Islam, serta sejumlah pejabat negara. Kegiatan ini di gelar oleh Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN) Aswaja, yang secara konsisten mengajak masyarakat untuk menempatkan agama dan kebangsaan sebagai dua pilar yang saling menguatkan.

Menag dalam sambutannya menegaskan bahwa bela negara tidak hanya di wujudkan dengan mengangkat senjata, tetapi juga melalui menjaga persatuan, menolak provokasi yang memecah belah, dan aktif berkontribusi untuk kemajuan bangsa. “Semangat kebangsaan harus kita jaga bersama. Kita rawat keberagaman ini sebagai rahmat, bukan alasan untuk berselisih,” ujarnya Zikir Kebangsaan.

Habib Luthfi, yang memimpin jalannya zikir, mengajak seluruh umat untuk memaknai kemerdekaan sebagai amanah besar. Menurutnya, menjaga NKRI adalah kewajiban moral dan spiritual setiap warga negara. “Kita harus merawat negeri ini dengan doa, kerja nyata, dan keteladanan. Jangan biarkan perbedaan menjadi jurang pemisah, tetapi jadikan sebagai kekayaan bangsa,” tegasnya.

Acara di mulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, di lanjutkan lantunan zikir bersama yang menggetarkan hati. Usai zikir, seluruh hadirin mengucapkan ikrar bela negara, menyatakan kesetiaan kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Di luar masjid, suasana tertib tetap terjaga. Dishub DKI Jakarta telah menyiapkan rekayasa lalu lintas untuk mengantisipasi kepadatan di sekitar kawasan Istiqlal, mengingat tingginya animo masyarakat yang ingin hadir langsung Zikir Kebangsaan.

Menuai Beragam Tanggapan Dari Warganet Di Media Sosial

Acara Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara di Masjid Istiqlal yang di hadiri Menag Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, dan Habib Luthfi bin Yahya Menuai Beragam Tanggapan Dari Warganet Di Media Sosial. Secara umum, respons publik terbagi dalam dua kelompok besar: mereka yang mengapresiasi kegiatan ini sebagai momentum persatuan, dan mereka yang menyoroti efektivitasnya di tengah tantangan bangsa.

Banyak warganet mengungkapkan rasa bangga melihat tokoh agama, pejabat negara, dan masyarakat berkumpul dalam satu majelis doa untuk bangsa. Menurut mereka, momen spiritual seperti ini menjadi pengingat bahwa nilai kebangsaan dan religiusitas dapat berjalan berdampingan. “Indah sekali lihat ribuan orang zikir bersama demi Indonesia. Semoga doa ini membawa keberkahan dan persatuan,” tulis salah satu pengguna X (dulu Twitter).

Dukungan juga datang dari kalangan muda yang melihat kegiatan tersebut sebagai contoh nyata sinergi antara pemerintah dan ulama. Mereka menilai, dengan di hadirinya acara oleh tokoh lintas sektor, pesan persatuan menjadi lebih kuat dan tidak terbatas pada satu kelompok saja. Foto-foto dan video suasana zikir pun banyak di bagikan ulang dengan caption bernada positif, seperti #DoaUntukIndonesia dan #BelaNegara.

Namun, ada pula warganet yang mengajukan kritik. Beberapa mempertanyakan apakah kegiatan seperti ini cukup efektif menjawab persoalan bangsa, seperti kemiskinan, pengangguran, atau korupsi. Menurut mereka, doa harus di iringi dengan langkah konkret. “Zikir itu baik, tapi setelahnya harus ada aksi nyata untuk bela negara dalam bentuk kebijakan yang berpihak pada rakyat,” tulis seorang komentator di Instagram.

Memberikan Pernyataan Resmi Usai Menghadiri Zikir Kebangsaan Dan Ikrar Bela Negara Di Masjid Istiqlal

Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Memberikan Pernyataan Resmi Usai Menghadiri Zikir Kebangsaan Dan Ikrar Bela Negara Di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu malam (10/8/2025). Menurut Menag, kegiatan ini bukan hanya seremoni religius, tetapi memiliki makna strategis untuk memperkuat persatuan dan kesadaran bela negara di tengah masyarakat. Dalam keterangannya, Prof. Nasaruddin menekankan bahwa bela negara tidak selalu identik dengan angkat senjata atau terjun langsung ke medan perang. Bela negara, katanya, juga bisa diwujudkan melalui menjaga kerukunan, memupuk rasa saling menghargai, dan melawan segala bentuk provokasi yang dapat memecah belah bangsa. “Doa dan zikir yang kita panjatkan malam ini adalah bentuk ikhtiar spiritual. Tapi bela negara juga harus di lanjutkan dengan aksi nyata di kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Ia mengapresiasi peran ulama, khususnya Habib Luthfi bin Yahya, yang menjadi penggagas utama acara ini bersama JATMAN Aswaja. Menurutnya, sinergi antara tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk menjaga keutuhan NKRI. Prof. Nasaruddin juga menggarisbawahi bahwa pesan-pesan kebangsaan yang di bungkus dalam acara keagamaan dapat lebih mudah di terima masyarakat, karena menggabungkan nilai religius dengan nasionalisme.

Menag turut menanggapi keraguan sebagian pihak yang mempertanyakan efektivitas acara seperti ini. Ia menegaskan bahwa kegiatan spiritual tetap memiliki dampak besar, terutama dalam membangun mental dan karakter bangsa. “Bangsa yang kuat dimulai dari hati yang bersih dan niat yang tulus. Zikir kebangsaan ini menanamkan kesadaran bahwa kita semua bertanggung jawab menjaga Indonesia, apapun latar belakang kita,” jelasnya. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasaruddin juga mengajak seluruh umat beragama untuk menjadikan kemerdekaan sebagai momentum mempererat persaudaraan.

Indonesia Dikenal Sebagai Negara Dengan Keragaman Agama Dan Budaya Yang Tinggi

Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara di Masjid Istiqlal, Jakarta, yang di hadiri Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Habib Luthfi bin Yahya, tokoh lintas agama, dan ribuan jamaah. Memiliki makna mendalam dalam konteks kerukunan umat beragama di Indonesia. Acara ini tidak hanya menjadi momen spiritual bagi umat Islam, tetapi juga simbol persatuan yang merangkul semua elemen bangsa tanpa memandang latar belakang agama.

Indonesia Dikenal Sebagai Negara Dengan Keragaman Agama Dan Budaya Yang Tinggi. Dalam sejarahnya, perbedaan ini menjadi kekayaan, tetapi juga dapat memicu gesekan jika tidak di kelola dengan bijak. Acara seperti Zikir Kebangsaan berperan penting sebagai sarana memperkuat kesadaran bahwa nilai kebangsaan dan nilai keagamaan dapat berjalan berdampingan. Pesan yang di sampaikan melalui zikir dan ikrar bela negara tidak hanya di tujukan untuk umat Islam. Maka kemudian dari pada itu melainkan untuk seluruh rakyat Indonesia yang berkomitmen menjaga keutuhan NKRI.

Kehadiran tokoh lintas agama di acara ini menjadi bukti bahwa kerukunan di bangun melalui interaksi langsung dan kolaborasi nyata. Masjid Istiqlal sendiri, sebagai tuan rumah, memiliki sejarah panjang dalam menjadi simbol toleransi — bahkan lokasinya. Yang berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta sering menjadi ikon harmonisasi antarumat beragama.

Selain sebagai ajang doa bersama, kegiatan ini juga menjadi ruang untuk menyampaikan pesan damai secara publik. Ucapan Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang mengajak semua pihak memandang keberagaman sebagai rahmat. Acara ini pun memberikan pesan strategis di tengah meningkatnya potensi gesekan sosial menjelang momen besar seperti peringatan kemerdekaan atau pemilu. Dengan mengedepankan zikir dan doa, penyelenggara menekankan bahwa kekuatan spiritual mampu menenangkan suasana dan menguatkan rasa persaudaraan Zikir Kebangsaan.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait