Upacara Kasada
Upacara Kasada Berawal Dari Legenda Pengorbanan Kesuma

Upacara Kasada Berawal Dari Legenda Pengorbanan Kesuma

Upacara Kasada Berawal Dari Legenda Pengorbanan Kesuma

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Upacara Kasada
Upacara Kasada Berawal Dari Legenda Pengorbanan Kesuma

Upacara Kasada Adalah Ritual Tahunan Masyarakat Suku Tengger Yang Bermukim Di Sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur. Ritual ini di gelar setiap bulan Kasada dalam kalender Jawa Kuno dan merupakan bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Widhi. Dan leluhur suku mereka, terutama Roro Anteng dan Joko Seger. Maka acara ini juga merupakan wujud rasa syukur atas hasil bumi dan doa untuk keselamatan serta kesejahteraan masyarakat. Menurut legenda Suku Tengger, Roro Anteng dan Joko Seger adalah sepasang suami istri yang tidak memiliki keturunan.

Setelah melakukan tapa brata, mereka berjanji akan menyerahkan anak terakhir dari 25 anak mereka sebagai persembahan kepada Sang Hyang Widhi jika permintaan mereka di kabulkan. Sehingga janji ini harus di tepati setelah kelahiran anak terakhir mereka, yang diberi nama Kesuma. Dan ketika Kesuma memasuki usia dewasa, ia menyerahkan dirinya ke kawah Bromo sesuai dengan janji leluhurnya. Oleh sebab itu kisah inilah yang menjadi dasar Upacara Kasada, di mana persembahan di berikan kepada kawah Gunung Bromo. Maka ritual ini berlangsung dalam beberapa tahap.

Sebelum hari utama Kasada, masyarakat Tengger mempersiapkan persembahan berupa hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, beras, dan ternak. Persembahan ini di siapkan sebagai tanda syukur kepada para dewa dan leluhur. Serta Pura Luhur Poten, yang terletak di kaki Gunung Bromo, menjadi pusat kegiatan Kasada. Di sini, para dukun adat dan masyarakat Tengger berkumpul untuk memanjatkan doa dan menggelar ritual sebelum naik ke kawah. Sehingga malam sebelum puncak upacara, penduduk berkumpul di Pura Luhur Poten untuk mengadakan serangkaian doa. Mereka meminta berkah keselamatan dan kesejahteraan, serta memohon kepada para leluhur agar di beri panen yang melimpah Upacara Kasada.

Upacara Kasada Berakar Dari Legenda Pengorbanan Kesuma

Pada dini hari, masyarakat menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa sesaji. Sehingga para dukun dan tokoh adat menuntun jalannya prosesi hingga seluruh sesaji di lemparkan ke dalam kawah sebagai simbol penghormatan kepada leluhur dan permohonan keselamatan. Oleh karena itu dalam upacara tersebut, peran dukun atau pemuka adat sangat penting. Mereka bertanggung jawab untuk memimpin upacara, memberikan wejangan kepada masyarakat. Serta memanjatkan doa kepada Sang Hyang Widhi. Dukun juga melakukan ritual khusus yang di percaya dapat menghubungkan masyarakat dengan arwah leluhur.

Keberadaan dukun sebagai perantara di anggap sebagai simbol kebijaksanaan dan pemimpin spiritual bagi masyarakat Tengger. Sehingga makna simbolis dan filosofis dari Upacara ini sangat kaya. Karena ritual ini bukan hanya sekadar persembahan kepada dewa dan leluhur. Tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur dan pandangan hidup masyarakat Tengger. Upacara Kasada Berakar Dari Legenda Pengorbanan Kesuma, anak bungsu Roro Anteng dan Joko Seger. Oleh sebab itu kisah ini menjadi simbol penting dalam budaya Suku Tengger mengenai ketulusan dalam menepati janji, meskipun harus berkorban.

Persembahan yang di lemparkan ke kawah Bromo saat Kasada, baik berupa hasil bumi maupun hewan ternak. Mencerminkan nilai pengorbanan dan ketulusan untuk menyerahkan hal yang bernilai demi memperoleh berkah dari alam dan para leluhur. Oleh sebab itu suku Tengger sangat bergantung pada alam sekitar untuk hidup mereka, terutama untuk pertanian. Maka dalam ritual ini mereka membawa hasil panen terbaik mereka sebagai persembahan. Hal ini menunjukkan rasa syukur dan penghargaan terhadap alam sebagai sumber kehidupan. Karena persembahan ini juga menjadi pengingat untuk tetap menjaga hubungan harmonis dengan alam. Sebab alam adalah pemberian yang harus di lestarikan, bukan hanya di eksploitasi.

Masyarakat Tengger Percaya Bahwa Mereka Menjaga Keseimbangan Alam Dan Menguatkan Ikatan Spiritual Dengan Leluhur

Kasada adalah wujud hubungan manusia dengan alam dan leluhur. Dengan melemparkan persembahan ke kawah Bromo, Masyarakat Tengger Percaya Bahwa Mereka Menjaga Keseimbangan Alam Dan Menguatkan Ikatan Spiritual Dengan Leluhur. Karena bagi mereka, keseimbangan ini adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang tenteram dan damai. Sehingga upacara ini mengajarkan bahwa manusia harus menjaga harmoni dalam semua aspek kehidupan. Tidak hanya secara material tetapi juga secara spiritual. Oleh karena itu upacara ini mencerminkan komitmen masyarakat Tengger untuk melestarikan kepercayaan dan tradisi yang di wariskan oleh leluhur mereka.

Meski zaman terus berubah, masyarakat Tengger tetap berpegang teguh pada ritual Kasada. Sebagai bentuk penghormatan dan kesetiaan pada nilai-nilai yang di turunkan oleh generasi sebelumnya. Maka komitmen ini menjadi simbol identitas budaya dan kepercayaan yang mengakar kuat dalam diri masyarakat Tengger. Karena tradisi ini melibatkan seluruh masyarakat Tengger, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan upacara. Sehingga mereka bergotong royong mempersiapkan persembahan dan melakukan perjalanan bersama ke kawah Bromo. Oleh karena itu kebersamaan ini mencerminkan pentingnya solidaritas, rasa saling membantu, dan menjaga hubungan sosial yang erat antarwarga.

Dalam pandangan masyarakat Tengger, kekuatan komunitas adalah kunci untuk menjaga dan meneruskan tradisi yang berharga. Karena legenda Kasada yang berawal dari janji Roro Anteng dan Joko Seger untuk menyerahkan anak terakhir mereka ke kawah Bromo mengajarkan pentingnya menepati janji. Hal ini menjadi prinsip moral bagi masyarakat Tengger, yaitu untuk selalu bertanggung jawab atas janji atau komitmen yang di ucapkan. Maka bagi mereka, janji adalah ikatan suci yang harus di hormati, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada dewa dan leluhur.

Persembahan Ke Kawah Gunung Bromo

Kasada juga melambangkan pemahaman tentang siklus hidup dan kematian. Oleh sebab itu Persembahan Ke Kawah Gunung Bromo melambangkan pengorbanan yang mengingatkan bahwa dalam kehidupan. Karena ada hal yang perlu di lepaskan untuk memberi tempat bagi hal baru. Sehingga siklus hidup ini di terima dengan lapang dada oleh masyarakat Tengger, yang melihatnya sebagai bagian dari keharmonisan alam. Dan idak bisa di hindari, tetapi harus di hormati. Maka ritual ini memiliki pengaruh yang signifikan baik dalam aspek budaya maupun pariwisata. Karena ritual tahunan masyarakat Suku Tengger ini menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional.

Tradisi ini memainkan peran penting dalam menjaga dan melestarikan identitas budaya masyarakat Suku Tengger. Sebagai salah satu tradisi paling sakral dan ikonik, Kasada memperkuat rasa kebersamaan di antara masyarakat Tengger dan menjaga warisan budaya mereka dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu melalui ritual ini, nilai-nilai luhur seperti penghormatan kepada leluhur, komitmen pada janji. Serta hubungan harmonis dengan alam terus di jaga. Bagi Suku Tengger, Kasada bukan sekadar acara tahunan. Tetapi juga simbol identitas budaya yang membedakan mereka dari kelompok etnis lain di Indonesia.

Ritual ini juga menarik banyak wisatawan yang ingin menyaksikan langsung prosesi ritual di sekitar Gunung Bromo. Maka setiap tahunnya, wisatawan datang untuk merasakan atmosfer unik dan keindahan budaya yang di pancarkan dari upacara ini. Hal ini berpengaruh langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat Tengger dan daerah sekitar. Terutama melalui sektor penginapan, pemandu wisata, dan penjualan produk lokal. Sehingga kehadiran wisatawan mendorong pendapatan bagi masyarakat lokal. Dan upaya pemerintah setempat dalam mengembangkan infrastruktur serta fasilitas wisata di sekitar Gunung Bromo juga meningkat Upacara Kasada.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait