Lestari

Memperingati Nuzulul Quran Dengan Tradisi Di Daerah Indonesia
Memperingati Nuzulul Quran Dengan Tradisi Di Daerah Indonesia
Memperingati Nuzulul Quran Ternyata Telah Di Lakukan Di Berbagai Daerah Indonesia Sedari Dahulu Dengan Tradisi Yang Unik Dan Beragam. Peringatan Nuzulul Quran adalah momen sakral dalam tradisi Islam yang menggambarkan turunnya wahyu pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Setiap tahunnya, umat Muslim memperingati peristiwa ini pada tanggal 17 Ramadan, yang jatuh pada 29 Maret tahun ini. Nuzulul Quran di anggap sebagai bukti kebesaran Allah dan mukjizat Nabi Muhammad SAW. Hal ini di karenakan Al-Qur’an di turunkan secara berangsur-angsur selama beberapa tahun. Al-Qur’an sendiri menyebutkan bahwa wahyu pertama turun pada malam Lailatul Qadar. Malam Lailatur Qadar merupakan sebuah malam yang di percaya penuh dengan keberkahan dan kemuliaan bagi umat Islam. Malam ini menjadi waktu untuk merenungkan dan menghargai karunia ilahi serta petunjuk yang terkandung dalam Al-Qur’an
Dalam buku “Keajaiban Ramadan”, Darmawan mengungkapkan bahwa tradisi peringatan Nuzulul Quran di Indonesia menjadi sarana bagi masyarakat untuk memperkokoh keberadaan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Masyarakat di arahkan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan dan panduan dalam menjalani kehidupan mereka. Ayat-ayat yang tercantum di dalam Al-Qur’an, khususnya ayat-ayat yang merujuk pada malam Qadar menjadi dasar penting dalam peringatan ini.
Peringatan Nuzulul Quran di Indonesia biasanya di warnai dengan beragam tradisi dan kebiasaan di beberapa daerah Indonesia. Tradisi ini telah di lakukan sejak lama dan masih berlangsung hingga saat ini. Secara umum, peringatan ini merupakan bentuk ungkapan syukur atas turunnya Al-Qur’an yang di percaya sebagai cahaya penerang bagi seluruh Umat Muslim. Sebagai wujud kegembiraan menyambut peringatan Nuzulul Quran, masyarakat Muslim di Indonesia memperbanyak ibadah dan merayakan dengan penuh sukacita. Tradisi-tradisi yang dilakukan oleh umat Muslim di Indonesia untuk menyambut peringatan Nuzulul Quran mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas yang di wariskan dari generasi ke generasi.
Tradisi Memperingati Nuzulul Quran Di Indonesia
Berikut beberapa Tradisi Memperingati Nuzulul Quran Di Indonesia yang sangat unik dan sakral.
1. Tradisi Maleman
Tradisi Maleman menjadi salah satu perayaan yang populer dalam menyambut peringatan Nuzulul Quran. Peringatan Nuzulul Quran ini di amalkan di berbagai daerah termasuk Provinsi Jawa Timur (Jatim), Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Walaupun memiliki nama yang sama, setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan tradisi Maleman.
Contohnya di Madura (Jatim), tradisi Maleman di tandai dengan pembuatan kue mirip serabi yang kemudian di bagikan kepada tetangga sebagai ungkapan rasa syukur dan untuk mempererat silaturahmi. Sedangkan di Bali, umat Muslim merayakan Maleman dengan membuat tumpeng yang dibawa ke masjid atau mushola lokal bersamaan dengan pelaksanaan Shalat Tarawih. Setelah itu, mereka akan berdoa bersama dan menikmati hidangan bersama.
Sementara di Lombok, tradisi Maleman di laksanakan dengan membakar “dile jojor”. Dile jojor adalah obor kecil yang terbuat dari campuran buah nyamplung dan kapas. Kemudian dile jojor ini akan di pasang di setiap rumah sebelum umat Muslim berangkat untuk melaksanakan Salat Tarawih di mushola atau masjid. Pemasangan dile jojor ini akan di lakukan terutama pada malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadan. Beberapa wilayah di NTB bahkan telah menggantikan dile jojor dengan lampu hias.
Sedangkan di daerah Lombok Timur, tradisi Maleman tetap di pertahankan, walaupun dengan modifikasi. Kini mereka tidak lagi menggunakan dile jojor. Mereka telah menggantinya dengan lampu minyak dari botol bekas dan lampu hias untuk menerangi malam Ramadan.
2. Kuah Beulangong
Sejumlah penduduk di Aceh dan Sumatera Utara sering mengadakan kenduri sebagai ungkapan syukur dengan memasak beberapa belanga kuah kari yang di kenal dengan sebutan Kuah Beulangong. Tradisi ini bertujuan untuk merayakan momen penting dalam agama Islam serta untuk mempererat hubungan sosial antar warga.
Kuah beulangong merupakan hidangan khas Aceh yang selalu menjadi bagian dari sajian setiap bulan Ramadan hingga malam Nuzulul Quran. Persiapan untuk memasak di mulai sejak malam hari atau setelah Shalat Tarawih. Pembuatan hidangan ini akan melibatkan seluruh warga sebagai ungkapan solidaritas dan kebersamaan.
Mulai dari hari kelima Ramadan hidangan khas Aceh ini telah tersedia dan terus di sajikan hingga mendekati 3 hari menjelang Idul Fitri. Jumlah porsi kuah beulangong juga bisa mencapai lebih dari 1.000 per hari. Kemudian tradisi ini telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun. Perkumpulan Aceh Sepakat di Sumatra Utara memperingati malam Nuzulul Quran dengan penyajian kuah beulangong sebagai bagian dari upacara tersebut.
Keriang Bandong
Keriang Bandong merupakan sebuah tradisi yang unik di Kalimantan Barat dan nama ini di ambil dari serangga yang suka terbang ke arah cahaya. Serangga ini di sebut dengan “keriang” dan istilah “bandong” yang berasal dari kelompok serangga yang datang secara berbondong-bondong menuju cahaya. Tradisi ini melibatkan pemasangan ribuan lampu berbahan bakar minyak tanah dengan sumbu di atas wadah bambu.
Meskipun zaman telah berubah, Keriang Bandong masih di adakan di beberapa daerah di Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Tradisi ini tidak hanya bermanfaat untuk memeriahkan bulan Ramadan, tetapi juga merangsang kreativitas generasi muda. Keriang Bandong biasanya di pasang mulai dari malam selikuran hingga malam ke-29 bulan Ramadan. Tradisi ini akan menampilkan ratusan hingga ribuan lampu yang menyala dengan cemerlang. Cahaya dari lampu-lampu minyak tanah ini menciptakan suasana yang cerah saat umat Muslim menantikan malam ganjil di bulan Ramadan yang penuh berkah.
Malam Pitu Likukh
Di Provinsi Lampung, perayaan Nuzulul Quran di adakan dengan berbagai variasi. Di Kabupaten Pesisir Barat, malam Nuzulul Quran di kenal sebagai Malam Pitu Likukh yang menjadi salah satu bagian penting dari warisan budaya masyarakat adat Lampung Pesisir. Pada Malam Pitu Likukh, tradisi Memaleman akan di laksanakan dengan menancapkan obor besar yang terbuat dari susunan batok kelapa setinggi satu hingga tiga meter di setiap rumah. Selain itu, persiapan juga akan di lakukan dengan menyiapkan hidangan yang akan dibawa ke masjid.
Dua hari setelahnya, tradisi di lanjutkan dengan pawai obor yang meriah lalu di ikuti dengan mobil hias dan peserta dari setiap pekon di daerah tersebut. Sejak sore hari, seluruh warga desa akan berkumpul untuk mengantar ratusan pahar ke masjid dan menyusunnya secara rapi. Malamnya, mereka akan berkumpul untuk berdoa bersama dan menikmati hidangan bersama.
Tradisi ini telah ada sejak Islam pertama kali masuk ke Lampung Barat, dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dari berbagai usia. Panitia khusus juga akan di bentuk untuk mengkoordinir jalannya tradisi ini dengan baik. Masyarakat memandang tradisi ini sebagai pengingat akan turunnya Al-Qur’an pertama kali, yang di anggap sebagai sumber penerangan bagi umat Islam. Oleh karena itu, mereka menyambut tradisi ini dengan penuh kegembiraan. Mereka menyalakan obor dan batok kelapa sebagai simbol cahaya dan harapan.
Itu dia beberapa tradisi unik Memperingati Nuzulul Quran di beberapa daerah Indonesia. Meskipun ada perbedaan dalam pelaksanaannya, makna syukur dan kebersamaan tetap menjadi inti dari tradisi ini di berbagai daerah dalam rangka Memperingati Nuzulul Quran.
