Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun
Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun

Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun

Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun

Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun Dengan Berbagai Faktor Penyebab Menurut Curahan Petani. Halo para pecinta kopi dan pemerhati lingkungan! Pernahkah terbayang aroma khas kopi Gayo yang mendunia perlahan meredup? Di balik keharumannya yang memikat, tersimpan cerita pilu dari dataran tinggi Aceh. Gayo Merintih: ketika iklim tak menentu, produksi kopi menurun. Namun bukan sekadar judul, melainkan sebuah alarm bagi kita semua. Bayangkan, para petani yang dengan tekun merawat setiap pohon kopi. Terlebih kini harus berhadapan dengan kenyataan pahit: perubahan iklim yang tak lagi bersahabat. Curah hujan yang tak terprediksi, musim kemarau yang berkepanjangan. Dan juga suhu yang kian ekstrem, semuanya berkonspirasi mengancam keberlangsungan panen kopi andalan ini. Lebih dari sekadar angka penurunan produks. Terlebih hal ini adalah tentang mata pencaharian, tentang tradisi yang terancam, dan tentang secangkir kopi pagi kita yang mungkin tak lagi sama.

Mengenai ulasan tentang Gayo Merintih: ketika iklim tak menentu produksi kopi menurun telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.

Perubahan Pola Curah Hujan

Hal ini adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan turunnya produksi kopi di Gayo. Curah hujan yang tidak menentu membuat musim tanam. Dan juga panen kopi menjadi terganggu. Sebelumnya, petani kopi di Gayo dapat mengandalkan pola cuaca yang relatif stabil. Terlebihnya untuk menentukan waktu pembungaan dan panen. Namun kini, musim hujan dan kemarau datang tidak sesuai jadwal. Sehingga menyulitkan proses budidaya. Salah satu dampak paling nyata adalah hujan yang turun saat tanaman kopi sedang berbunga. Dalam kondisi normal, kopi membutuhkan periode kering yang cukup sebelum pembungaan agar prosesnya optimal. Jika hujan turun terlalu cepat atau deras di masa tersebut. Maka bunga kopi dapat rontok sebelum sempat berkembang menjadi buah. Hal ini tentu berdampak langsung pada jumlah dan kualitas hasil panen. Selain itu, curah hujan yang ekstrem juga menimbulkan masalah lainnya.

Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun Dengan Berbagai Alasan

Kemudian, masih membahas Gayo Merintih: Ketika Iklim Tak Menentu Produksi Kopi Menurun Dengan Berbagai Alasan. Dan alasan lainnya adalah:

Suhu Yang Meningkat

Peningkatan suhu udara sebagai dampak dari perubahan iklim menjadi salah satu penyebab utama menurunnya produksi kopi di wilayah Gayo. Kopi Arabika, yang merupakan jenis utama yang dibudidayakan di dataran tinggi Gayo. Terlebih yang memiliki toleransi suhu yang sempit, yaitu antara 18 hingga 22 derajat Celsius. Ketika suhu meningkat melebihi ambang batas ini. Dan juga tanaman kopi mulai mengalami tekanan fisiologis yang berdampak negatif terhadap pertumbuhannya. Suhu yang lebih tinggi dari normal mengganggu proses fotosintesis. Serta juga mempercepat evaporasi air dari tanah maupun daun tanaman. Akibatnya, tanaman menjadi lebih cepat mengalami kekeringan dan stres air. Terutama bila tidak di imbangi dengan curah hujan yang memadai. Stres ini menurunkan kemampuan tanaman untuk berbunga. Dan juga yang berbuah secara optimal. Dalam kondisi suhu panas yang berkepanjangan.

Serta dengan ukuran dan jumlah buah kopi yang di hasilkan cenderung menurun secara drastis. Selain itu, peningkatan suhu mempercepat pematangan buah kopi. Proses pematangan yang terlalu cepat ini sering kali menghasilkan biji kopi. Tentunya dengan kualitas rasa yang kurang kompleks dan cenderung lebih datar. Padahal, salah satu keunggulan kopi Gayo adalah kekayaan cita rasanya yang khas. Dan yang muncul dari proses pematangan alami dalam suhu yang sejuk dan stabil. Jika suhu meningkat, kualitas rasa yang menjadi ciri khas tersebut terancam hilang. Dampak lain dari suhu yang lebih hangat adalah meningkatnya populasi hama dan penyakit. Hama seperti penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) berkembang lebih cepat dalam suhu tinggi. Demikian pula dengan jamur penyebab karat daun (Hemileia vastatrix). Ia yang tumbuh lebih agresif saat suhu dan kelembaban tinggi bersamaan. Akibatnya, petani harus menghadapi tantangan tambahan dalam mengendalikannya.

Ketika Cuaca Mengusik Nikmat Gayo: Petani Bicara Soal Penghasilan Kopi Yang Menyusut

Tentu, Ketika Cuaca Mengusik Nikmat Gayo: Petani Bicara Soal Penghasilan Kopi Yang Menyusut. Dan faktor lainnya akan hal ini adalah:

Penyebaran Hama Dan Penyakit

Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada suhu dan curah hujan. Akan tetapi juga memperparah penyebaran hama dan penyakit tanaman. Terlebih yang menjadi ancaman serius terhadap produksi kopi di wilayah Gayo. Iklim yang tidak menentu, suhu yang lebih hangat. Serta kelembaban yang tinggi menciptakan kondisi ideal bagi perkembangan organisme pengganggu tanaman. Terutama pada kopi Arabika yang secara alami lebih rentan di bandingkan kopi Robusta. Salah satu hama paling merusak yang kini semakin meluas di Gayo adalah penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei). Hama ini menyerang langsung buah kopi dengan cara melubangi. Dan juga berkembang biak di dalamnya. Dalam suhu yang lebih tinggi, siklus hidup penggerek menjadi lebih cepat. Serta yang memungkinkan mereka berkembang biak lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini meningkatkan jumlah serangan per musim tanam.

Kemudian yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan signifikan terhadap hasil panen. Selain hama, penyakit tanaman juga menjadi semakin sulit di kendalikan. Salah satu penyakit yang paling di takuti petani kopi di Gayo adalah karat daun (Hemileia vastatrix). Tentunya yaitu penyakit jamur yang menyerang daun tanaman kopi dan menyebabkan daun menguning serta rontok sebelum waktunya. Tanaman yang kehilangan daun secara prematur tidak mampu melakukan fotosintesis secara optimal. Dan juga yang berdampak langsung pada produktivitas dan kekuatan tanaman. Kondisi cuaca yang lembab akibat hujan yang tidak menentu serta suhu yang menghangat membuat jamur. Serta bakteri patogen lainnya berkembang lebih cepat. Penyakit-penyakit seperti bercak daun, busuk akar. Kemudian dengan antraknosa juga semakin sering muncul. Penyebaran penyakit ini tidak hanya menurunkan hasil panen. Akan tetapi juga memaksa petani untuk mengeluarkan biaya tambahannya.

Ketika Cuaca Mengusik Nikmat Gayo: Petani Bicara Soal Penghasilan Kopi Yang Menyusut Dengan Faktor Utamanya

Selain itu, masih membahas Ketika Cuaca Mengusik Nikmat Gayo: Petani Bicara Soal Penghasilan Kopi Yang Menyusut Dengan Faktor Utamanya. Dan faktor lainnya adalah:

Tanah Dan Erosi

Tanah merupakan komponen kunci dalam keberhasilan budidaya kopi. Terutama di wilayah Gayo yang berada di daerah perbukitan dengan lereng-lereng curam. Namun, perubahan iklim yang di tandai dengan curah hujan yang ekstrem. Dan juga tidak menentu telah menyebabkan terjadinya erosi tanah secara masif. Terlebih yang berdampak besar terhadap penurunan produktivitas kopi. Erosi tanah terjadi ketika lapisan atas tanah, yang kaya akan unsur hara dan bahan organik. Maka hal ini terbawa oleh aliran air hujan. Di wilayah Gayo, yang memiliki topografi bergelombang, hujan lebat dalam waktu singkat semakin memperparah tingkat erosi. Air hujan yang turun deras tidak sempat meresap ke dalam tanah.

Melainkan mengalir deras di permukaan, mengikis struktur tanah. Kemudian membawa lari nutrisi penting yang di butuhkan tanaman kopi. Akibat dari erosi ini, struktur tanah menjadi lebih padat, keras, dan miskin unsur hara. Tanaman kopi yang tumbuh di atas tanah yang rusak. Serta juga miskin nutrisi akan mengalami kesulitan dalam menyerap air dan zat gizi yang di perlukan untuk pertumbuhan. Hasilnya, pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal, pembungaan dan pembuahan berkurang. Kemudian akan kualitas buah kopi menurun. Selain itu, kerusakan tanah juga mengganggu sistem perakaran tanaman kopi. Akar yang seharusnya tumbuh dalam tanah yang gembur. Serta kaya nutrisi menjadi terhambat karena lapisan atasnya telah hilang atau rusak. Tanaman pun menjadi lebih rentan terhadap kekeringan maupun serangan penyakit.

Jadi itu dia beberapa fakta menurunnya produksi kopi di Aceh dan menjadi keluhan petani terkait Gayo Merintih.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait