Ashgabat
Ashgabat, Kota Marmer Putih Di Asia Tengah

Ashgabat, Kota Marmer Putih Di Asia Tengah

Ashgabat, Kota Marmer Putih Di Asia Tengah

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Ashgabat
Ashgabat, Kota Marmer Putih Di Asia Tengah

Ashgabat Adalah Ibukota Yang Sekaligus Merupakan Kota Terbesar Di Turmenistan Yang Dikenal Memiliki Arsitektur Yang Mengesankan. Sekitar 80% bangunan di Ashgabat terbuat dari Marmar putih yang sebagian besar di impor dari Cina dan Vietnam yang kemudian membuat kota ini dikenal sebagai Kota marmer. Ashgabat juga di kenal dengan beberapa rekor dunia yang di raihnya. Seperti memiliki jumlah bangunan dengan Fasad marmer putih terbanyak di dunia yang telah di catat dalam Guinness World Records. Selain itu kota ini juga memiliki beberapa Landmark penting seperti menara televisi Ashgabat yang menjadi salah satu menara televisi tertinggi di dunia. Ditambah dengan Monumen kemerdekaan yang merupakan simbol kemerdekaan dan kebanggaan Nasional Turmenistan.

Ashgabat awalnya dulu hanyalah sebuah desa kecil yang di peruntukkan sebagai benteng kekaisaran Rusia pada tahun 1881 setelah mereka menguasai daerah ini dari kekaisaran Persia melalui perjanjian Akhal. Itulah mengapa nama Ashgabat yang di kenal oleh dunia hari ini berasal dari kata dalam bahasa Persia, yang berarti kota cinta atau kota yang di bangun oleh cinta. Di bawah kendali kekaisaran Rusia Ashgabat kemudian berkembang menjadi pusat administrasi penting di wilayah tersebut. Tetapi Kemudian pada tahun 1948 sebuah gempa dahsyat menghancurkan kota ini.

Gempa bumi Ashgabat yang terjadi pada tanggal 6 Oktober Tahun 1948 merupakan peristiwa paling tragis dalam sejarah kota ini. Gempa tersebut memiliki kekuatan yang di perkirakan antara 7,3 hingga 7,5 dalam skala richter. Meskipun beberapa sumber menyebutkan bahwa angkanya bisa lebih tinggi dari itu. Gempa ini memberikan dampak yang sangat dahsyat dengan kerusakan yang meluas di seluruh kota Ashgabat serta desa-desa di sekitarnya. Karena terjadi di tengah malam banyak penduduk yang tertidur dan tidak siap menghadapi bencana tersebut, kemudian menyebabkan jumlah korban jiwa yang sangat tinggi estimasi jumlah korban di perkirakan mencapai sekitar 110.000 korban tewas dan menjadikannya sebagai salah satu gempa bumi paling mematikan dalam sejarah.

Ashgabat Menjadi Konsep Kota Putih Yang Sempurna

Kendati demikian pemerintah saat itu yang di kenal dengan kebijakannya yang tertutup serta kontrol yang ketat terhadap informasi, memberlakukan sensor ketat terhadap berita tentang gempa bumi. Laporan resmi mengenai skala bencana serta jumlah korbanan di tahan dari publik serta komunitas internasional. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam penilaian penuh terhadap dampak gempa bumi serta dalam koordinasi upaya bantuan dan pemulihan. Dalam upaya pemulihan pasca gempa Kota Ashgabat di bangun kembali dengan perencanaan yang lebih matang untuk ketahanan terhadap gempa bumi di masa depan. Pembangunan kembali ini termasuk penerapan standar bangunan baru.

Gempa bumi Tahun 1948 di Ashgabat jadi peristiwa penting dalam sejarah Turmenistan yang kemudian menandai titik balik dalam pengelolaan bencana dan perencanaan kota di negara tersebut. Setelah kemerdekaan Turmenistan dari Uni Soviet pada tahun 1991, Ashgabat mengalami perubahan yang signifikan. Dengan pembangunan skala besar yang didanai oleh pemerintah untuk menciptakan tatanan modern dan lebih cantik. Hal ini meliputi pembangunan gedung pemerintah, taman, monument serta fasilitas olahraga yang sangat besar.

Kemudian di bawah pemerintahan Saparmurat Niyazov, Ashgabat di bangun kembali dengan konsep kota putih. Dan untuk mewujudkan kota putih semua gedung pemerintahan dan pemukiman warga di minta untuk menggunakan marmer putih. Kemudian agar Ashgabat Menjadi Konsep Kota Putih Yang Sempurna, presiden Gurbanguly menambahkan sebuah peraturan ketat.  Yaitu ia hanya mengizinkan kendaraan yang melintas di Ashgabat hanya yang berwarna putih dan perak. Oleh karena itu mobil dinas pemerintahan keseluruhannya di ganti dengan warna putih atau perak.

Selain itu seluruh masyarakat juga diharuskan untuk mengganti warna mobil mereka dengan warna putih. Sehingga mereka para pemilik mobil berwarna gelap terpaksa mengeluarkan uang puluhan juta demi mengganti warna mobil mereka. Dan akhirnya dengan pembangunan yang berjalan sangat pesat asgobat berhasil mengalahkan Hongkong pada tahun 2021 sebagai kota termahal di dunia.

Memiliki Kekayaan Sumber Daya Alam Yang Berlimpah

Meskipun di kenal sebagai kota yang dengan segudang pencapaian, pembangunan megah di Ashgabat ternyata sering mendapatkan kritik dari pengamat Internasional sebagai simbol ketidaksetaraan serta prioritas yang salah arah. Pembangunan Ashgabat menghabiskan dana yang sangat tinggi, di mana sebagian besar dana ini berasal dari pendapatan ekspor gas alam Turmenistan. Pengamat menilai bahwa pemerintah telah salah dalam mengalokasikan dana besar untuk proyek prestisius, sementara di sisi lain kebutuhan dasar rakyat kurang terpenuhi. Padahal dana yang di gunakan untuk membangun bangunan mewah Monumen serta infrastruktur yang mencolok bisa di alokasikan untuk sektor yang lebih urgen seperti kesehatan, pendidikan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Pembangunan yang megah di Ashgabat tampak kontras dengan kondisi kehidupan di bagian lain di Turmenistan. Di mana banyak penduduk menghadapi kesulitan ekonomi. Itulah sebabnya fokus pada proyek besar-besaran di Ashgabat di nilai tidak mencerminkan prioritas, mengingat adanya masalah sosial dan ekonomi yang lebih luas di Turmenistan. Pada dasarnya Turmenistan Memiliki Kekayaan Sumber Daya Alam Yang Berlimpah terutama sektor hidrokarbon. Turmenistan memiliki cadangan gas alam terbesar keempat di dunia setelah Iran, Qatar, dan Rusia.

Cadangan gas di negara ini di perkirakan mencapai 19 triliun m³, sehingga Turmenistan menjadi salah satu pengekspor gas alam terbesar di dunia dengan produksi mencapai 190 miliar m³ per tahun. Turmenistan memiliki cadangan minyak bumi terbesar ke-12 di dunia. Dengan cadangan mencapai 10,1 miliar barel, di mana kemudian negara ini memproduksi sekitar 200 juta barel minyak bumi per tahunnya. Selain itu Turkmenistan juga memiliki sumber daya lain seperti mineral yodium, sodium sulfat, kapas, gandum, sayur-sayuran, serta buah-buahan. Pendapatan melalui beragam sumber daya ini di gunakan oleh pemerintah untuk pembangunan kota Ashgabat.

Rezim Paling Tertutup Di Dunia

Namun sayangnya pemerintah tidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat tentang proyek-proyek pembangunan dan bagaimana dana tersebut di gunakan. Lebih dari itu Turmenistan sering di anggap sebagai salah satu Rezim Paling Tertutup Di Dunia bersama dengan Korea Utara. Pemerintahannya yang di kenal memiliki sikap otoriter membatasi kebebasan pers, ekspresi, dan akses terhadap informasi bagi masyarakatnya. Kekuasaan di negara ini telah dipegang oleh pemimpin yang sangat kuat dan seringkiali di wariskan secara nepotistik.

Saparmurat Niyazov yang memimpin negara tersebut sejak meraih kemerdekaan dari Uni Soviet hingga kematian pada tahun 2006 mendirikan kultus kepribadian yang luas serta membuat kebijakan yang sangat eksentrik. Kemudian penerusnya yaitu Gurbanguly juga mengikuti jejak serupa meskipun dengan gaya pemerintahan yang sedikit berbeda. Negara ini juga sangat tertutup terhadap media asing serta organisasi Internasional. Hal ini yang membuatnya sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang apa yang terjadi di dalam negeri ini. Pemerintah mengontrol semua media di dalam negeri dan laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia seringkali sulit untuk di verifikasi. Akses internet di atur cukup ketat dengan banyak situs web yang di blokir serta aktivitas online yang di pantau. Itulah sebabnya banyak dari warga di bumi ini tidak tau tentang Kota Ashgabat.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait